
ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
MAKALAH
oleh
Silvi Anita Uslatu
Rodyah
NIM 112310101035
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2012


ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
MAKALAH
diajukan
guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar IIIA
oleh
Silvi Anita Uslatu
Rodyah
NIM 112310101035
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2012
PEMBAHASAN
1.1
Konsep Fisiologis
Istirahat Dan Tidur
1.1.1 Definisi
A. Istirahat
Menurut Asmadi (2008), Kata istirahat mempunyai arti
yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah
melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang membosankan,
menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas
dari kecemasan (ansietas). Menurut Wong (2008) tidur merupakan fungsi protektif
yang dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan
jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di
bawah kontrolnya;
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat
tinggal, kantor, atau di manapun juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang
lain;
c. Mengetahui apa yang terjadi;
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;
e. memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang
dilakukannya;
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila
memerlukannya.
B. Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang,
perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang
memperoleh periode tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal
ini diyakini bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan
system tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry,
2005). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali
dengan indra atau rangsangan yang cukup.
Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun
diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional,
fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila
terdapat tanda tanda sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis
tubuh
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari
luar.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi
perubaban proses fisiologis. Perubahan tersebut, antara lain:
a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi;
b. Dilatasi pembuluh darab perifer;
b. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas
traktus gastrointestinal;
c. Relaksasi otot-otot rangka;
d. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.
1.1.2 Fisiologis tidur dan terjaga
Tidur melibatkan suatu urutan
keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas system
saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam system saraf peripheral,
endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular (Robinson, 1993). Tiap
rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak.
Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik
dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan
elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi
struktur aspek fisiologis tidur.
Kontrol dan pengaturan tidur
tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara
intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan
terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan
tertidur.

System aktivasi reticular (
SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercaya terdiri atas sel khusus
yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori
visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks serebral (mis. Proses
emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil neuron
dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin ( Sleep Research
Society, 1993 ).
Tidur dapat dihasilkan dari
pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam system tidur raphe pada
pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi
bulbar (bulbar synchronizing region, BSR ). Ketika seseorang mencoba
tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke
SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya
menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.
1.1.3 Siklus tidur
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin
dimulai dengan periode sebelum tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa
kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal
berakhir 10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk
tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih. Berikut ini adalah gambar siklus
tidur:

1.1.4
Tahapan tidur

Non Rapid Eye Movement (NREM)
1.
Tahap I NREM
a. Tahap meliputi
tingkat paling dangkal dari tidur
b. Tahap berakhir
beberapa menit
c.
Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan
penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
d. Seseorang dengan
mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
e. Ketika
terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
2.
Tahap II NREM
a. Tahap II
merupakan periode tidur bersuara
b. Tahap berakhir
beberapa menit
c.
Untuk terbangun masih relative mudah
d. Tahap berakhir
10 hingga 20 menit
e. Kelanjutan
fungsi tubuh menjadi lamban
3.
Tahap III NREM
a. Tahap III
merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
b. Orang yang tidur
sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c.
Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d. Tanda-tanda
vital menurun tetapi tetap teratur
e. Tahap berakhir
15 hingga 30 menit
4.
Tahap IV NREM
a. Tahap IV
merupakan tahap tidur terdalam
b. Sangat sulit
untuk membangunkan orang yang tidur
c.
Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan
menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini
d. Tanda-tanda
vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
e. Tahap berakhir
kurang lebih 15 sampai 30 menit
f.
Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
5.
Rapid Eye Movement (REM)
a. Mimpi yang penuh
warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat
terjadi pada tahap yang lain.
b. Tahap ini
biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c.
Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan
mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau
fluktuasi tekanan darah
d. Terjadi tonus
otot skelet penurunan
e. Peningkatan
sekresi lambung
f.
Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari
tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit

1.1.5 Faktor yang memengaruhi istirahat dan tidur
Pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang kebutuhannya terpenuhi
dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur maupun
tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut (Asmadi,
2008):
a.
Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat
memungkinkan dia dapat ndur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa
nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang
menderita gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas,
maka seseorang tidak mungkin dapat istirabat dan tidur.
b.
Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau
menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan
seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising,
dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur.
c.
Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas
akan meningkatkan nonepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini
akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
Berdasarkan penelitian Desita
Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola
Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan
hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di rumah sakit,
sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah tidak teratasi, maka hal
ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri.
Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak mengalami stres hospitalisasi sedang
pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri dan 62% anak mengalami
gangguan pola tidur pada anak usia prasekolah.
d.
Diet
Makanan
yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat
menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein
maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e.
Gaya hidup
Kelelahan
dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat
tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan
periode tidur REM lebih pendek.
f.
Obat-obatan
Obat-obatan
yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula yang sebaliknya
mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM
1.1.6 Gangguan
tidur
Beberapa gangguan tidur menurut
Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:
1.
Insomnia

Insomnia dapat berupa kesulitan untuk
tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari
tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan
demikian, insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur
baik secara kualitas maupun kuantitas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti
sama sekali seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang
menderita insomnia sering dapat tidur lama dari yang mereka perkirakan, tetapi
kualitasnya kurang.
Ada tiga jenis insomnia yaitu:
a. insomnia
inisial, adalah ketidakmampuan seseorang untuk memulai tidur
b.Insomnia intermiten adalah
ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari
tidur
c. insomnia
terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami insomnia di antaranya adalah rasa nyeri,
kecemasan, ketakutan, tekanan dan kondisi vang tidak menunjang untuk tidur.
Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan,
menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan
lainnya.
Ada beberapa tindakan atau
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:
a.
Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti
keju atau susu. Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam amino
dari protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur
b.
Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang
sama.
c.
Hindari tidur di waktu siang atau sore hari.
b.
Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar
kuntuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh.
c.
Hindari kegiatan kegiatan yang membangkitkan minat
sebelum tidur.
d.
Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi
tidak menjelang tidur.
e.
Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi
sebelum berusaha untuk tidur.
2. Somnambulisme

Somnambulisme merupakan gangguan
tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful
aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur,
menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan
dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japardi 2002). Somnambulisme ini lebih
banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang vang
mengalami somnambulisme mempunyai risiko teriadinya cedera. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengantisipasi somnambulisme yaitu dengan membimbing anak untuk
mengantisipasi risiko teriadinya cedera pada anak, maka anak harus dibimbing
untuk kembali ke tempat tidur. Selain itu membuat lingkungan yang nyaman dan
aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.
3. Enuresis

Enuresis adalah kencing yang tidak
disengaia (mengompol). Tejadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi
pada laki-laki. Penvebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan
toilet training yang kaku. Upaya vang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis
antara hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan
kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
Menurut Wong (2008), usia anak dalam
mencapai kontinensia urine sangat bervariasi. Misalnya anak kulit putih di
amerika serikat cenderung mencapai kontinensia lebih awal dari pada anak-anak
afrika amerika. Selain itu, anak-anak d inggris dan swedia lebih awal dr
amerika serikat. Anak-anak digos afrika mencapai control kandung kemihnya usia
12 bulan.
Berdasarkan penelitian , beberapa
fktor yang mempengaruhi enuresis yaitu riwayat enuresis pada keluarga merupakan
faktor genetik terjadinya enuresis, Umur diajarkan toilet training pada anak, Lama
pemberian ASI 57%. Anak yang mendapatkan ASI selama 6 bulan atau lebih tidak mengalami
enuresis. Enuresis sering dihubungkan dengan adanya keterlambatan perkembangan
anak. Stabilitas dan kontrol sphingter urinarius akan tercapai melalui maturasi
dan perkembangan saraf. Pada anak yang mendapatkan ASI dapat meningkatkan perkembangan
saraf dan anak akan mempunyai kemampuan perkembangan yang lebih baik.
4.
Narkolepsi

Narkolepsi merupakan suatu kondisi
yang dicirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan
pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia
dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang.
Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkam bahaya apabila terjadi pada waktu
mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar,
atau berada di tepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk
mengendaljkan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat
tidur di antaranya jenis amfetamin.
5.
Night terrors

Night terrors adalah mimpi buruk.
Umumnva terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam,
anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
6. Mendengkur


Mendengkur disebabkan oleh adanya
rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang
membengkak dan adenoid dapat meniadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur.
Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur bergetar jika dilewati udara pernapasan.
1.2
Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
1.2.1 Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien
untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi
pengkaiian mengenal:
A.
Riwayat tidur
1.
Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk
tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2.
Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti
membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain;
3.
Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara
mengatasinya;
4.
Kebiasaan tidur siang;
5.
lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan
tidur apakah kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain;
6.
Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat
mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien
mengalami gangguan tidur?;
7.
Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental
memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji
mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami
stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
8.
Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan
perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a. Penampilan
wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kclopak mata,
konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;
b. Perilaku yang
terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah klien mudah
tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung;
c.
Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih,
atau lesu.
d.
B.
Gejala Klinis
Gejala klinis
yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya kehitaman
di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian
tidak fokus, sakit kepala.
C.
Penyimpangan Tidur
Kaji
penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night
terrors, mendengkur, dll
D.
Pemeriksaan fisik
1.
Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan
fisik, terlihat lesu
2.
Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata
sembab, mata merah, semangat
3.
Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok
mata, bicara lambat, sikap loyo
4.
Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial,
seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam
1.2.2 Diagnosa
keperawatan
Diagnosis keperawatan
yang mungkin ditemukan pada klien dengan gangguan pemenuhan istirabat tidur
menurut Asmadi (2008), antara lain:
a.
Gangguan pola tidur
disebabkan
karena ansietas yang klien, lingkungan yang tidak kondusif untuk tidur
(misalnya, lingkungan yang bising), ketidakmampuan mengatasi stres yang
dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita, Insomnia, hiperinsomnia,
kehilangan tidur REM, ketakutan
b.
Perubaban proses berpikir
Perubahan
proses berpikir ini disebabkan oleh terjadinya deprivasi tidur.
c.
Gangguan harga diri
Gangguan
harga diri terutama diatami pada klien yang mengalami enuresis.
d.
Risiko cedera
Resiko
cedera terutama pada klien yang menderita somnambulisme. Klien melakukan
aktivitas tanpa disadari sehingga berisiko terjadinya kecelakaan, bisa berupa
jatuh dari tempat tidur, turun tangga, atau membentur tembok.
1.2.3
Perencanaan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus,
ketidakmampuan mengatasi stres yang berlebihan
1. Data subjektif
a. klien mengatakan mengalami gangguan tidur insomnia
b. klien mengatakan tidurnya sering terbangun dan susah untuk tidur
kembali
c. klien mengatakan saat terbangun kepalanya pusing dan sat pertama kali
tidur kepala seperti berputar-putar
d. klien mengatakan mengalami masalah tidur sejak 2 bulan yang lalu
e. klien mengatakan kesulitan tertidur setiap hari
f. klien mengatakan butuh waktu 2-4 jam untuk tertidur namun 1-3 kemudian
terbangun dn susah untuk tidur kembali
g. klien mengatakan sebelum tidur biasanya melihat TV sebentar
h. klien mengatakan saat beraktivitas merasa kelelahan dan keletihan
2. Data objektif
a. Klien terlihat kelelahan
b. Terlihat lingkar hitam disekitar mata
c. Wajah terlihat kusam
d. Terlihat gelisah
e. Tidur selalu terbangun
f. Tidur tidak pernah tenang
|
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24
jam, klien dapat mempertahankan pola tidur dalam batas rentang normal ±6 jam
Kriteria hasil:
Klien menunjukkan pola tidur dalam batas rentang
normal ±6 jam
|
a.
Ciptakan lingkungan yang nyaman, dengan:
1.
Pintu kamar klien ditutup.
2.
Kurangi stimulus, misalnya percakapan.
3. Tempatkan klien
dengan teman yang cocok, dan lain-lain
b.
Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya
dengan mendengarkan musik, membaca, dan berdoa. Pada klien anak anak, dapat
dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda yang
disukainya.
c.
Diet
1.
Aniurkan klien
untuk memakan makanan yang mengandung tinggi protein, seperti susu dan keju.
2.
Hindari banyak
minum sebelum tidur.
d.
Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
e.
Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan
sebelum tidur. Maksudnya, usahakan psikologis klien tenang, tidak cemas,
ataupun stres sebelum tidur.
f.
Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:
1.
Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur
2.
Anjurkan klien berkemih sebelum tidur
3. Tempat tidur
yang bersih dan tidak boleh basah
4. Pada klien
nyeri, berikan obat analgesik menit sebelum tidur
g.
Hindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum
tidur
h.
Berdoa sesuai dengan agamanya.
|
1.2.4 Implementasi
Hari/tanggal
|
Diagnosa
|
Jam
|
Tindakan
|
Rabu, 12 Desember 2012
|
Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus,
ketidakmampuan mengatasi stres yng berlebihan
|
08.00
08.20
08.25
08.30
08.40
08.50
09.00
|
1.
Dilakukan modifikasi lingkungan yang nyaman, dengan:
a.
Pintu kamar klien ditutup.
b.
Mengurangi stimulus, misalnya percakapan.
c.
Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain
2.
Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya
dengan mendengarkan musik, membaca, dan berdoa. Pada klien anak anak,
dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda yang disukainya.
3.
Diet
a.
menganjurkan klien untuk makanan yang mengandung
tinggi protein, seperti susu dan keju.
b. Menganjurkan klien untuk menghindari
banyak minum sebelum tidur.
4.
Menganjurkan klien menghindari latihan fisik
berlebihan sebelum tidur
5.
Menganjurkan klien menghindari rangsangan mental yang
tidak menyenangkan sebelum tidur. Maksudnya, usahakan psikologis klien
tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum tidur.
6.
Memberikan rasa nyaman dan rileks, dengan:
a.
Mengatur posisi
yang nyaman untuk tidur
b.
Anjurkan klien
berkemih sebelum tidur
c.
Tempat tidur
yang bersih dan tidak boleh basah
d.
Pada klien
nyeri, berikan obat analgesik menit sebelum tidur
7.
Menganjurkan klien menghindari kegiatan yang
membangkitkan minat sebelum tidur
8.
Menganjurkan klien menghindari berdoa sesuai dengan
agamanya
|
1.2.5 Evaluasi
Hari/tanggal
|
Diagnosa
|
Jam
|
Evaluasi
|
Selasa, 12 Desember 2012
|
Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus,
ketidakmampuan mengatasi stres yng berlebihan
|
14.00
|
S: Pasien mengatakan dapat tidur dalam jangka
waktu 20-30 menit, pada waktu tidur tidak sering terbangun, jika terbangun
akan mudah tidur kembali, meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan, mengingat
kembali mimpi yang dialaminya, menyatakan perasaannya tenang sesudah tidur, bebas
dari kecemasan dan depresi, dapat bekerja dengan baik dan penuh konsentrasi, Klien
dan keluarga mampu menjelaskan faktor2 yang dapat meningkatkan tidur
O: klien tampak tenang
saat di wawancarai setelah bangun tidur
A: masalah teratasi
P: intervensi
dihentikan
|
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.
2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Febriana, Desita.
2011. Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia
Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/download/18429/18244.
[11 Desember 2012]
Potter,
Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC
Soetjiningsih,
I Gusti Ayu Trisna Windiani. Prevalensi dan Faktor Risiko Enuresis pada anak
Taman Kanak-Kanak di Kota madya Denpasar. http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/10-3-2.pdf.
[12 Desember 2012]
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC
bagus mbak:D
BalasHapus